Tugas Pengetahuan Bahan Pangan
Tentang Buah Pisang
Disusun
oleh :
Rachmadhani Safitri (1533010007)
Astrid Damayanti (1533010008)
Irhamna Dyah A. (1533010014)
Nadiya Yulia P. (1533010024)
JURUSAN
TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR
2016
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR
2016
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur
kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pengetahuan bahan pangan tentang
buah pisang.
Penyusunan tugas ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu
meskipun tidak mudah dan ada beberapa hambatan dan kesulitan yang penyusun
hadapi. Tetapi semua itu dapat kami lalui berkat bantuan dari teman-teman
sekalian dan tak luput dari berkat dan rahmat Allah SWT. Serta kerja sama yang
baik dalam kelompok kami
Oleh karena itu, penyusun
mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah menugaskan
kepada kami untuk memaparkan materi mengenai pengetahuan
bahan bahan tetang buah sehingga melalui tugas ini penulis dapat memperoleh ilmu pengetahuan baru,
tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga kita semua diberi
rahmat dan hidayah-Nya. Aamiin.
Surabaya, Mei 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
Cover.................................................................................................................... i
Kata
pengantar
................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................. iii
Bab I
Pendahuluan ............................................................................................. 1
Bab II
Pembahasan............................................................................................. 2
2.1
Definisi Buah Secara Umum................................................................... 2
2.2 Buah Pisang............................................................................................. 5
2.2.1 Penentuan Buah untuk Dipanen..................................................... 5
2.2.2 Pengangkutan Pisang..................................................................... 5
2.3
Jenis
Jenis Pisang.................................................................................... 6
2.4 Kandungan Pisang................................................................................... 11
2.5 Kematangan
dan Kerusakan pada Buah Pisang...................................... 12
2.5.1 Kematangan pada Buah
Pisang ..................................................... 12
2.5.2 Kerusakan pada Buah Pisang
........................................................ 15
2.6 Pemanfaatan Pohon Pisang..................................................................... 17
2.7.
Olahan
Pisang.......................................................................................... 18
Bab III Kesimpulan............................................................................................. 22
Daftar Pustaka..................................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
Buah pisang merupakan buah yang
sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, yang dapat dikonsumsi kapan saja dan
pada segala tingkatan usia. Di daerah sentra buah pisang, ketersediaan buah
pisang seringkali dalam jumlah banyak dan keragaman varietas yang luas sehingga
dapat membantu mengatasi kerawanan pangan. Pisang dapat digunakan sebagai
alternatif pangan pokok karena mangandung karbohidrat yang tinggi, sehingga
dapat menggantikan sebagian konsumsi beras dan terigu. Untuk keperluan
tersebut, digunakan buah pisang mentah yang kemudian diolah menjadi berbagai
produk, baik melalui pembuatan gaplek dan tepungnya maupun olahan langsung dari
buahnya. Karbohidrat buah pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang
dan tersedia secara bertahap sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak
terlalu cepat. Dibandingkan dengan gula pasir, sirup, karbohidrat pisang menyediakan
energi sedikit lebih lambat, tetapi lebih cepat dari nasi, biskuitdan sejenis
roti.
Penduduk
Indonesia di berbagai daerah telah lama memanfaatkan buah pisang sebagai salah
satu sumber pangan. Buah pisang mentah yang banyak diolah menjadi berbagai
produk umumnya berasal dari jenis plantain, seperti pisang Kepok,
Tanduk, Kapas, Siem, dan pisang Nangka. Jenis pisang tersebut pada saat mentah
tidak sepat, sehingga bisa diolah. Penyajiannya umumnya direbus, atau dikukus.
Untuk menyajikan buah pisang rebus yang enak, pisang harus dipanen tua, saat
kadar pati sudah optimal. Pisang dapat dikukus bersama kulitnya, atau dikupas
lebih dulu, dipotong-potong baru dikukus. Pisang rebus yang berasal dari pisang
mentah biasanya dimakan bersama kelapa parut dan diberi garam sedikit.
Pemanfaatan lain dari pisang yang masih mentah oleh masyarakat adalah sebagai
keripik pisang yang dijual sebagai oleh-oleh khas daerah. Pada umumnya bentuk
keripik yang ada di pasaran adalah irisan membujur, melintang, atau menyerong.
Kelemahan keripik dengan irisan memanjang (membujur), adalah mudah patah
sehingga bentuknya menjadi kurang menarik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Buah Secara Umum
Buah-buahan mempunyai
karakteristik sebagai makhluk hidup yang masih mengadakan reaksi metabolisme
sesudah dipanen (Nurjannah, 2002). Buah-buahan mempunyai arti penting
sebagai sumber vitamin, mineral dan zat-zat lain
dalam menunjang kecukupan gizi, selain itu juga
merupakan komoditas holtikultura yang mempunyai nilai ekonomi yang
tinggi. Buah-buahan dapat dimakan baik pada keadaan mentah maupun setelah
mencapai kematangannya. Sebagian besar buah yang dimakan adalah buah yang telah
mencapai tingkat kematangan. Buah-buahan juga dikenal sebagai hasil pertanian
yang mudah rusak (busuk). Hal ini disebabkan karena komoditi
holtikultura tersebut setelah dipanen masih terus melakukan respirasi.
Peristiwa respirasi ini menggunakan dan merombak zat-zat nutrisi yang ada pada
buah sehingga buah mengalami kemunduran mutu dan kerusakan fisiologis (Royana dkk 2012). Buah
merupakan produk paripurna tanaman yang berasal dari perkembangan berkelanjutan
dari fusi serbuk sari dan putik yang kemudian berfungsi sebagai salah satu agen
regenerasi tanaman yang bersangkutan. Aneka buah dengan berbagai karakteristik
dapat dipilah berdasarkan asal kejadiannya dan karakter fisiologisnya.
Berdasarkan asal kejadiannya buah dapat dipilah menjadi buah sederhana, buah
dompolan (aggregate) dan buah majemuk (multiple). Buah sederhana
merupakan hasil dari perkembangan fusi serbuk sari dengan satu putik bunga.
Buah dompolan (aggregate) merupakan hasil dari perkembangan fusi serbuk
sari dengan banyak putik dari dompolan bunga. Buah majemuk (multiple)
merupakan hasil dari perkembangan fusi serbuk sari dengan putik dari dompolan
bunga dan matang menyatu dalam satu massa (Broto,2008).
A.
Contoh Buah sederhana
1.Waluh 9. Apricot
2. Timun 10. zaitun
3. Melon 11. pisang
4. Terong 12. jambu biji
5. Tomat 13. kesemek
6. Alpukat 14. apel
7. Ceri 15. pir
8. Jeruk 16. Kiwi
B.
Contoh Buah dompolan (aggregate)
1.Anggur
2.Rambutan
3. Duku
4.Matoa
5. Menteng
6. Langsat
7. Salak
C.
Contoh Buah majemuk (multiple)
1.Nanas
2.Sukun
3.Pace
4.Nangka
5.Cempedak
6.Srikaya
7.Sirsak
Sedangkan berdasarkan
karakter fisiologisnya mencakup pola respirasi (produksi
CO2) dan produksi etilen, buah dapat dibedakan menjadi buah klimakterik dan buah non klimakterik. Produksi CO2 dan
produksi etilen dari buah klimakterik
mengalami lonjakan produksi pada saat buah matang, sementara untuk buah non klimakterik tidak terjadi lonjakan
produksi baik CO2 maupun etilen (Broto, 2008).
A. Contoh
Buah Non Klimaterik
1.Anggur 9.belimbing
2.duku, 10.duwet
3.jambu 11. jeruk
4.kapulasan 12.kawista,
5.leci 13.lengkeng,
6.rambutan 14.salak
7.semangka 15.strawberry
8.matoa
B. Contoh
Buah Klimaterik
1.Alpokat 8.Pepaya
2.Cempedak 9. Pisang
3.Durian 10. Sawo
4.Kemang 11. Sirsak
5.Kesemek 12. Srikaya
6.Mangga 13. Sukun
7.nangka
2.2 Buah
Pisang
Buah pisang merupakan
salah satu contoh dari buah klimaterik. Di Indonesia Pisang merupakan buah
unggulan dan produksinya paling tinggi karena tanaman pisang merupakan tanaman
yang paling banyak dijumpai. Pisang juga memiliki berbagai macam jenis,setiap
jenisnya memiliki karakteistik yang berbeda-beda. Untuk mendapatkan buah pisang
segar matang dengan kualitas tinggi, perhatian harus diberikan sejak penentuan
buah untuk dipanen, kebersihan dan pencegahan serangan busuk buah,
penanganannya sampai tempat tujuan dan proses pematangannya.
2.2.1 Penentuan Buah untuk
Dipanen
Beberapa tanda atau ciri
sering digunakan sebagai kriteria untuk memutuskan buah pisang dapat dipanen.
Petani seringkali menentukanberdasarkan pengalaman dengan ciri-ciri fisik pada
buah, meliputi bentuk buah, ukuran, dan warna kulit buahnya. Untuk memastikan
ketuaan panen yang tepat juga perlu didukung analisis komponen penting sebagai
penentu seperti kadar padatan terlarut total, kadar pati, dan kadar asamnya.
Namun, analisis kimiawi harus mengambil buah dan menghancurkannya, oleh kerena
itu analisis dilakukan sebagai pengendali mutu buah dan diambil pada beberapa
contoh saja. Tingkat ketuaan buah merupakan faktor penting pada mutu buah
pisang. Buah yang dipanen kurang tua, meskipun dapat matang, namun kualitasnya
kurang baik karena rasa dan aromanya tidak berkembang baik. Sebaliknya bila
buah dipanen terlalu tua, rasa manis dan aroma buah kuat, tetapi memiliki masa
segar yang pendek. Oleh karena itu tingkat ketuaan panen sangat erat kaitannya
dengan jangkauan pemasaran dan tujuan penggunaan buah.(Prabawati,2008)
2.2.2 Pengangkutan Pisang
Buah pisang di Indonesia
diperdagangkan dalam bentuk tandan, sisir atau satu gandeng terdiri dua buah.
Umumnya, buah pisang dari sentra produksi diangkut masih dalam bentuk tandan
dan keadaannya masih mentah. Untuk buah pisang yang mengalami pembrongsongan,
tandan diangkut bersama dengan plastik pembungkusnya, yang kemudian dilepaskan.
Ternyata pembrongsongan dengan kantong plastik warna biru bermanfaat mengurangi
scab akibat serangan serangga dan memberikan penampilan buah yang baik
dan mulus serta tidak memengaruhi rasa buah pisang (Muhajir dan Sanuki dikutip
dalam Prabawati, 2008).
2.3 Jenis Jenis Pisang
Indonesia
merupakan salah satu negara penghasil pisang yang cukup besar. Hal ini ditandai
dengan produksi pisang yang cukup besar. Pada tahun 1996 produksi pisang
mencapai 3.023.485 ton, pada tahun 1997 terjadi peningkatan produksi pisang
menjadi 3.057.081 ton. Selanjutnya pada tahun 1998 sebesar 3.176.749 ton dan
pada tahun 1999 sebesar 3.375.851 ton. Pada tahun 2000 produksi pisang mencapai
3.510.988 ton (Departemen Pertanian dalam Sholihati, 2015).
Pisang termasuk family Musaceae yang memiliki banyak jenis,
namun umumnya pisang dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1.
Pisang
yang enak dimakan ( Musa paradisiaca L.).
2.
Pisang
yang hanya diambil pelepah batangnya sebagai serat (Musa textilis Noe.). Pisang
ini seringkali dinamakan pisang Manila.
3.
Pisang
liar yang hanya digunakan sebagai hiasan seperti pisang pisangan (Heliconia
indica Lamk.). atau pisang lilin yang diambil lilinnya (Musa zebrine Van
Houtten.).(Santoso, 2005)
Di Indonesia, dikenal beberapa macam pisang yang biasa dikonsumsi
masyarakat Indonesia, antara lain :
1.
Pisang
Raja
Pisang
jenis ini tangkai buahnya terdiri atas 6 sisir yang masing masing terdiri atas
15 buah . Berat satu buah pisang sekitar 92 gram sengan panjang 12-18 cm dan
diameter 3,2 cm. Bentuk buahnya melengkung dengan bagian pangkal bulat. Warna
daging buahnya kuning kemerahan tanpa biji. Empulur buahnya tampak nyata,
bertekstur kasar dan memiliki rasa yang manis.
2.
Pisang
Sere
Pisang raja sere dikenal sebagai pisang meja berukuran kecil dengan
panjang buah 10-15 cm dan diameter 3-4 cm. Berat per tandan 10 – 14 kg, jumlah
sisir 5-9 , dan tiap sisir terdiri dari 12-16 buah. Pada waktu matang, warna
kulitnya kuning kecoklatan dengan bintik bintik cokelat kehitaman. Kulit
buahnya tipis , warna daging buahnya putih, rasanya manis dan beraroma harum.
3.
Pisang
Raja Uli
Pisang raja uli dikenal sebagai
pisang olahan. Warna kulit buah kuning cerahdan daging buah putih. Buahnya berasa
manis dan beraroma harum. Setiap tandanya terdiri dari 5-8 sisir buah dengan
berat per sisir kurang lebih 1,6 kg. pisang ini sangat enak bbila diolah dengan
cara direbus atau digoreng.
4.
Pisang
Raja Kul
Dalam setiap tandannya yang
berukuran 32 cm terdapat sekitar 16 sisir tiap buah dan setiap sisirnya terdiri
atas 15 buah. Bentuk buah lurus dengan panjang 8 cm , diameter 3,1 cm, berat 40
gram, dan tebal kulir 0.3 cm. daging buahnya berwarna kuning tanpa biji. Umur
tanaman hingga berbunga adalah 14 bulan dan buah akan masak 5 bulan kemudian.
5.
Pisang
Raja Tahun
Tandan pisang jenis ini berukuran 22,5 cm dan biasanya terdiri dari
4 sisir buah. Pada setiap sisirnya rata rata terdapat 15 buah dengan yang
berukuran panjang 11 cm , diameter 3,2 cm, berat 60 gram, dan tebal kulir buah
0.3 cm. Bentuk buah lurus berpangkal membulat . Daging buahnya berwarna kuning
keputihan tanpa biji. Umur tanaman hingga berbunga 14 bulan dan akan berbuah 5
bulan setelah bunga muncul.
6.
Pisang
Raja Bulu
Pisang raja bulu termasuk buah yang dapat digunakan sebagai buah
meja atau buah olahan. Daging buahnya agak tebal , rasanya manis, dan aromanya
kuat. Pada waktu matang , warna kulit buahnya kuning berbintik bintik coklat.
Sementara warna daging buahnya putih kemerahan. Berat setiap tandannya 7-10 kg
dan terdiri dari 6-7 sisir. Setiap sisirnya berisi sekitar 10-15 buah. Panjang
buahnya 25-35 cm dengan diameter 6-6.5 cm. Konon mengonsumsi pisang raja bulu
yang dikukus dan dikombinasikan dengan madu dapat berkhasiat menguatkan jantung
7.
Pisang
Kepok
Pisang kapok di Filipina dikenal dengan nama pisang saba, sedangkan
di Malaysia dikenal dengan nama pisang nipah. Buahnya enak untuk dimakan
setelah diolah terlebih dahulu. Bentuk buahnya agak pipih sehingga kadang
disebut dengan nama pisang gepeng. Beratnya per tandan bias mencapai 14-22
kgdengan jumlah sisir 10-16. Dari masing – masing sisir terdiri dari 12-20
buah. Bila matang , warna kulit buahnya akan berupah kuning penuh.
8.
Pisang
Ambon Lumut
Kulit buah pisang ambon lumut pada waktu matang berwarna hijau atau
hijau kekuningan dengan intik bintik cokelat kehitaman. Daging buahnya berwarna
putih kemerahan dan lunak. Rasanya manis, enak, dan beraroma kuat. Berat per
tandannya mencapai 15-18 kg dengan jumlah sisir 15-20 cm dengan diameter 3-3.5
cm . selain dikonsumsi sebagai buah segar, jenis pisang ini sangat cocok untuk diolah menjadi sale pisang
,pure, sari buah, dan selai.
9.
Pisang
Ambon Putih
Pada saat matang , pisang ambon putih akan berwarna kuning
keputihan dengan warna daging buah putih sampai putih kekuningan. Rasa daging
buahnya manis, sedikit asam, dan aromanya kuat. Selain sebagai buah meja,
pisang ambon digunakan sebagai makanan pemula pada bayi. Berat setiap tandannya
15-25kg terdiridari 10-14 sisir. Setiap sisir terdiri atas 14-24 buah.
10.
Pisang Tanduk
Pisang tanduk memiliki ukuran buah yang besar dan bentuknya
menyerupai tanduk. Oleh karena itu, dikenal dengan nama pisang tandduk. Bila
matang , warna kulit buahnya cokelat kemerahan dan berbintikbintik. Pisang ini
termasuk jenis pisang olahan. Warna daging buahnya putih kemerahan. Berat
setiap tandannya sekitar 7-10 kg dan terdiri dari tiga sisir yang masing masing
sisir terdiri dari 10 buah.
11.
Pisang
Kapas
Kulit buah pisang ini tebal berwarna kuning dan berbintik bintik
hitam. Daging buahnya putih kekuningan, rasanya manis dan aromanya kurang.
Berat setiap tandannya 17,5 kg , jumlah sisir 7 , dan setiap sisir terdiri dari
15 buah. Panjang buahnya sekitar 6 cm . jenis pisang ini tergolong pisang
olahan yang hanya enak bila diolah menjadi kolak, pisang goring , atau pisang
kukus.
12.
Pisang
Mas
Pisang ini bentuk buahnya berbeda
dari lainnya, yakni berukuran kecil kecil dangan panjang 8-12 cm dan diameter
3-4 cm. Tandannya terdiri dari 5-9 sisir dengan berat per tandannya sekitar
8-12 kg . setiap sisinya berisi 14 – 18 buah. Bila matang , pisang mas akan
berwarna kuning cerah. Kulit buahnya tipis, rasanya sangat manis, dan aromanya
kuat. Konon pisang mas dapat digunakan sebagai obat penyakit kuning.
13.
Pisang
Lampung
Pisang jenis ini mirippisang mas. Perbedaannya terletak pada ujung
buahnya. Pisang lampung ujung buahnya lancip , sedangkan pisang mas ujung
buahnya tumpul. Setiap tandan terdiri dari 6-8 sisir dan setiap sisir terdiri
dari 18-20 buah . warna kulit buah kuning penuh dan warna daging buah putih
kemerahan. Rasa buahnya manis dan beraroma harum. Pisang Lampung sering
disajikan sebagai hidangan segar. Namun, kelemahannya adalah jenis pisang ini
mudah sekali rontok dari sisirnya. Selain sebagai pisang meja, jenis pisang ini
dapat diolah menjadi kripik pisang berbahan baku pisang matang.
14.
Pisang
Barangan
Di Filipina, pisang barangan lebih
dikenal dengan nama pisang lakatan dan di Malaysia dikenal dengan nama pisang
berangan. Pisang jenis ini sangat popular sebagai pisang meja. Berat rata –
rata per tandan berkisar 12 – 20 kg dan terdiri dari 8 – 12 sisir . setiap
sisirnya terdiri atas 12-20 buah . ukuran buahnya 12-18 cm dengan diameter 4-3
cm . kulit buahnya berwarna kuning kemerahan berhiaskan bintik – bintik
cokelat, sementara daging buahnya berwarna agak oranye . Rasanya cukup enak dan
memiliki aroma yang harum.
15.
Pisang
Nangka
Berbeda dengan jenis lainnya yang bila matang kulitnya berwarna
kuning, pisang nangka yang matang justru kulitnya berwarna hijau. Rasa buahnya
asam manis. Pisang jenis ini hanya digunakan sebagai olahan.Berat per tandannya
11-14kg terdiri dari 6-8 sisir dan persisirnya terdiri dari 14-24 buah. Panjang
buah 24-28 dengan diameter 3.5 – 4 cm. (Suyanti , 2008)
Ada beberapa jenis pisang lainnya yang belum umum didengar oleh masyarakat,
salah satunya adalah pisang Janten. Pisang janten
merupakan salah satu varietas pisang yang banyak dibudidayakan di Indonesia.
Pisang jenis ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan baku pembuatan keripik,
sale pisang, tepung pisang, dll ( Yassin, 2013).
2.4 Kandungan Pisang
Buah
pisang mengandung nilai gizi cukup tinggi sebagai sumber karbohidrat, vitamin,
dan mineral. Kandungan karbohidratnya terutama berupa zat tepung atau pati dan macam
macam gula (Santoso , 2005). Disebutkan oleh (Hulme dalam Marsono dalam Antarlina, 2005), bahwa pada buah
pisang segar kadar pati sekitar 20-25%, dengan proporsi 20,5% amilosadan 79,5%
amilopektin. Kandungan gula dalam pisang terdiri atas senyawa senyawa seperti
dextrose 4,6%, levulisa 3,6% dan sukrosa 2%. Ketiga jenis gula tersebut mudah
dicerna oleh tubuh manusia baik tua maupun muda bahkan bayi.
Rataan kadar air, pati, dan gula total buah pisang kepok
masing-masing sebesar 59,83; 24,01 dan 4,16% bb (basis basah), sedangkan buah
pisang awa masing-masing 62,87; 20,07; dan 9,99% bb. Nampak bahwa buah pisang
kepok mempunyai kadar pati lebih tinggi daripada pisang awa, namun pisang awa mempunyai
kadar gula total lebih tinggi daripada kepok.
Komponen kimia yang dominan pada daging buah pisang
mentah adalah pati. Kadar pati meningkat dengan semakin tuanya buah dan akan
menurun kembali setelah mencapai nilai tertinggi. Kadar pati tertinggi
mencerminkan mutu terbaik dari buah pisang tersebut (Antarlina, 2005).
Sementara itu, pisang raja mempunyai nilai gizi
yang cukup tinggi yaitu setiap 100 gram pisang raja mengandung 950 SI vitamin
A, 10 gram vitamin C dan 31,80 gram karbohidrat ( Sholihati, 2015) sedangkan
dalam buah pisang tanduk terkandung karbohidrat, protein, kalsium, fosfor,
besi, vitamin A, B, dan vitamin C (Diennazola dalam Fauziah, 2015). Keunggulan lain pisang tanduk yaitu kandungan serat pangan
tinggi yaitu sebesar 2,3 g/100 g (Michaelsen et al. dalam Fauziah , 2015).
2.5 Kematangan dan Kerusakan pada Buah Pisang
Pisang merupakan salah satu buah
klimakterik, yaitu buah yang akan tetap mengalami proses kematangan walaupun
telah dipanen dan diikuti dengan proses kerusakan karena buah tetap
melangsungkan proses respirasi dan metabolisme. Selama proses pascapanen, buah
pisang akan mengalami perubahan komposisi kimia karena adanya kegiatan
metabolisme berupa respirasi dan reaksi enzimatis. Meningkatnya aktivitas
respirasi pada buah klimakterik merupakan aktivitas fisiologis yang terjadi
pada saat proses pemasakan buah pisang (Sumadi dikutip dalam Ikhsan dkk, 2014).
2.5.1
Kematangan pada Buah Pisang
Buah-buahan mempunyai arti penting
sebagai sumber vitamin, mineral, dan zat-zat lain dalam menunjang kecukupan
gizi, selain itu juga merupakan komoditas hortikultura yang mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi. Buah-buahan dapat
dimakan baik pada keadaan mentah maupun setelah mencapai kematangannya.
Sebagian besar buah yang dimakan adalah buah yang telah mencapai tingkat
kematangan (Suhaidi dikutip dalam Roiyana
dkk, 2012).
Pematangan
merupakan perubahan yang terjadi pada tahap akhir perkembangan buah atau
merupakan tahap awal penuaan (senescence) pada buah. Selama perkembangan
buah terjadi berbagai perubahan biokimiawi dan fisiologi. Pada umumnya buah
yang masih muda berwarna hijau karena memiliki kloroplas sehingga dapat
mengadakan fotosintesis, tetapi sebagian besar kebutuhan karbohidrat dan
protein diperoleh dari bagian tubuh tumbuhan lainnya. Buah muda yang sedang
tumbuh mengadakan respirasi sangat cepat sehingga dihasilkan banyak asam
karboksilat dari daur Krebs, misalnya asam isositrat, asam fumarat, asam malat.
Kadar asam-asam ini berkurang sejalan dengan berkembangnya buah karena
asam-asam ini digunakan untuk mensintesis asam amino dan protein yang terus
berlangsung dalam buah sampai buah masak (Sinay, dikutip dalam Roiyana dkk, 2012 ).
Buah pisang yang telah matang
sangat mudah dikenali melalui perubahan warna kulitnya, oleh karena itu indeks
warna kulit menjadi penting, dan digunakan sebagai penanda tingkat kematangan
buah pisang. Pisang merupakan jenis buah-buahan yang tergolong sebagai buah
klimakterik, sehingga setelah dipanen masih melangsungkan proses fisiologi
dengan menghasilkan etilen dan karbon dioksida dalam jumlah yang meningkat
drastis, serta terjadi proses pematangan buah (Wills dkk., dikutip dalam
Prabawati 2008). Diketahui bahwa hormon yang berpengaruh terhadap proses pematangan
adalah etilen. Beberapa daun tanaman menghasilkan etilen sehingga sering
digunakan sebagapemacu pematangan.
Buah pisang dapat dipanen
tua sebelum matang kemudian dilakukan pemeraman untuk mendapatkan buah matang.
Pemeraman setidaknya dilakukan sampai buah memiliki indeks warna, dimana
kondisi buah sudah mulai menguning namun tekstur masih keras dan tahan untuk
dikirimkan ke tempat pemasaran. Stimulasi pematangan sering dilakukan dengan
menggunakan gas etilen, gas karbit atau ethrel. Jika menggunakan gas etilen
dengan waktu kontak cukup 24 jam. Kesempurnaan hasil pemeraman dipengaruhi oleh
dosis bahan pemacu pematangan, suhu, kelembaban dan sirkulasi udara. Proses
pematangan yang berjalan sempurna (suhu sejuk, kelembaban tinggi, ventilasi
udara di tempat pemeraman baik, dosis bahan pemacu pematangan tepat)
menghasilkan warna kulit buah pisang kuning merata, rasa buah manis, aroma kuat
dan tidak mudah rontok. Proses pematangan tersebut terjadi pemecahan khlorofil,
pati, pektin, dan tanin yang diikuti dengan pembentukan senyawa etilen, pigmen,
flavor, energi dan polipeptida (Pantastico, dikutip dalam Prabawati 2008).
Senyawa etilen inilah yang merupakan hormon yang aktif dalam proses pematangan
buah Pada umumnya masyarakat menggunakan cara pemeraman dengan menggunakan
karbid. Karbid atau kalsium karbida adalah senyawa kimia yang mempunyai rumus
kimia CaC2 bila diberi air akan bereaksi menghasilkan C2H2 (gas asetilen) dan
Ca(OH)2. Gas asetilen inilah yang mempunyai peranan dalam pemeraman buah
(Efendi, dikutip dalam Utami dkk,2007).. Parameter mutu pisang secara umum
adalah bentuk yang sempurna, kematangan yang seragam, warna kulit buah yang
cerah, mulus, kesegaran alami, daging buah tidak lembek dan aroma serta rasa
yang enak (Sholihati dkk,2015).
Perlakuan pada proses pemanenan
akan mempengaruhi tingkat kematangan pada buah. Pada kebanyakan tanaman
hortikultura, jika proses pemanenan dilakukan secara bersamaan dapat dipastikan
akan mendapat banyak produk yang belum matang atau terlalu matang. Dengan
menggunakan indeks kematangan sebagai standard panen maka akan sangat
mengurangi susut saat pre-sortasi (Kitinoja
dikutip dalam Radityo dkk, 2012). Sedangkan menurut Pantastico (dalam Murtadha
dkk, 2012) menyatakan bahwa pemanenan buah yang akan dipasarkan dengan jarak
jauh umumnya pada tingkat kematangan 75-80% dengan ciri-ciri sudut-sudut pada
pisang masih tampak jelas, sedangkan untuk pemasaran jarak dekat dipanen dengan
tingkat kematangan 85-90% dengan ciri-ciri sudut buah berkembang penuh walaupun
sudut buah masih tampak nyata. Buah pisang yang dipanen pada tingkat kematangan
75-90% biasanya diberikan bahan pemacu pematangan agar buah pisang dapat
dipasarkan dengan tingkat kematangan penuh sehingga harga jual pisang tinggi.
Warna adalah spektrum cahaya yang
dipantulkan oleh benda yang kemudian ditangkap oleh indra penglihatan kita (yakni
mata) lalu diterjemahkan oleh otak sebagai sebuah warna tertentu. Warna
merupakan salah satu indikator dari penilaian buah yang mengalami proses
pematangan. Menurut Winarno (dikutip dalam Putri dkk, 2012) menyatakan bahwa
ada bahan makanan warna merupakan faktor yang ikut menentukan mutu, selain itu
warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan.
Sedangkan menurut Noviyanto (dikutip dalam Radityo dkk, 2012) menyatakan bahwa
kondisi kematangan dari buah tropis akan sangat terlihat dari warnanya, apakah
buah tersebut masih mentah, setengah matang, matang atau sudah busuk. Oleh
karena itu ekstraksi ciri warna dari buah tropis akan dapat dimanfaatkan untuk
mengetahui tingkat kematangan dari buah tersebut untuk kepentingan industri.
Kekerasan
merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kematangan
sebuah produk pertanian terutama buah-buahan. Buah-buahan yang mulai mengalami
proses kematangan cenderung memiliki tingkat kekerasan/tekstur yang lebih lunak
dibandingkan sebelum proses pematangan. Menurut Kartasopoetra (dikutip dalam Yassin dkk, 2013) menyatakan bahwa kekerasan pisang janten
selama penyimpanan menunjukkan penurunan dari awal simpan sampai dengan akhir
masa simpan. Hal ini disebabkan pemecahan senyawa pektin yang menyebabkan
tekstur buah menjadi lunak. Sedangkan
Menurut Fauzia dan Pantastico (dikutip
dalam Ikhsan dkk, 2014) menyatakan bahwa kekerasan (tekstur) buah merupakan
salah satu ciri kematangan buah. Perubahan tekstur pada buah disebabkan oleh
perombakan protopektin yang tidak larut berubah menjadi pektin yang dapat larut
atau hidrolisis zat pati. Oleh karena itu, selama pematangan buah terjadi
banyak peristiwa yang berupa perubahan-perubahan biokimiawi dan structural.
2.5.2 Kerusakan
pada Buah Pisang
Buah-buahan merupakan suatu
komoditas yang menguntungkan karena keanekaragaman varitas dan didukung oleh
iklim yang sesuai, sehingga menghasilkan berbagai buah-buahan yang sangat
bervariasi dan menarik. Namun, apabila setelah dipanen tidak ditangani dengan
baik, kualitas hasil panen buah-buahan akan menurun secara bertahap, sejalan
dengan berlangsungnya respirasi, transpirasi, dan pengaruh parasitik atau
mikrobiologis yang dapat mengakibatkan kerusakan pada buah disebabkan hama dan
penyakit. Kerusakan yang terjadi pada hasil
buah-buahan dapat mengakibatkan kehilangan bobot, mutu, harga, keamanan, pasar
dan kepercayaan (Radityo dkk,
2012).
Buah-buahan
juga dikenal sebagai hasil pertanian yang mudah rusak (busuk). Hal ini
disebabkan karena komoditi hortikultura tersebut setelah dipanen masih terus
melangsungkan respirasi dan metabolisme. Aktivitas respirasi dan transpirasi
ini menggunakan dan merombak zat-zat nutrisi yang ada pada buah, sehingga dalam
jangka waktu tertentu akibat penggunaan dan perombakan zat nutrisi tersebut,
buah mengalami kemunduran mutu dan kerusakan fisiologis (Suhaidi dikutip dalam
Roiyana dkk, 2012).
Kerusakan
pada buah pisang juga akan berakibat pada penurunan bobot pisang yang dapat
disebabkan adanya proses pemasakan. Menurut Ikhsan, dkk (2014) menyatakan bahwa selama proses
pemasakan, bobot pada buah akan mengalami penurunanan. Hal ini disebabkan karena
buah mengalami aktivitas respirasi dan transpirasi yang menyebabkan kehilangan
air pada produk.Kehilangan air akibat proses transpirasi pada produk akan
menyebabkan kehilangan bobot maupun mutu buah yang mengarah pada kerusakan
produk. Faktor internal komoditas dan faktor lingkungan dapat mempengaruhi laju
transpirasi. Faktor internal komoditas dapat berupa volume buah, fase kematangan
buah, luka pada permukaan buah, anatomi buah, dan karakter morfologi.
Kerusakan pada buah pisang juga
dipengaruhi oleh laju respirasi buah pisang itu sendiri. Menurut Paramita laju
reaksi biologis yaitu laju respirasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
eksternal seperti komposisi gas, suhu, dan kerusakan produk. Sedangkan Menurut Widodo , laju deteriorasi (kerusakan) pada produk
sebanding dengan laju respirasi. Semakin cepat laju respirasi maka umur simpan
produk akan semakin pendek (dikutip dalam Ikhsan dkk, 2014).
Laju respirasi dapat dihambat
dengan menggunakan beberapa metode, salah satunya yaitu metode atmosfir.
Menurut Yassin dkk (2013)
menyatakan bahwa metode atmosfir termodifikasi merupakan metode menghambat laju
respirasi menggunakan tempat atau kemasan yang mengisolasi buah terhadap
kondisi udara di luar kemasan sehingga konsentrasi gas dalam kemasan dapat
dirubah sehingga dapat menurunkan laju respirasi, mengurangi pertumbuhan
mikroba dan juga kerusakan lain yang disebabkan pengaruh udara luar sehingga
umur simpan buah akan lebih lama.
2.6 Pemanfaatan Pohon Pisang
Buah tropis yang tumbuh di
Indonesia dan potensial pemanfaatannya adalah pisang. Pisang kaya akan mineral
seperti kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga mengandung
vitamin, yaitu C, B kompleks, B6, dan serotonin yang aktif sebagai
neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak (Suprapti dikutip dalam
Dewi dan Wahono, 2013).
Tanaman pisang banyak dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan hidup manusia. Seluruh bagian dari tanaman pisang
dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, mulai dari bonggol, batang, daun,
buah dan bunga (Prabawati dkk, 2008).
1. Bunga
Bunga
pisang disebut juga jantung pisang, karena bentuknya seperti jantung. Biasanya dimanfaatkan
untuk membuat sayur, karena kandungan protein
dan vitamin. Selain dibuat sayur, bunga pisang dapat pula diolah menjadi manisan,
dan acar (Prabawati dkk, 2008).
2. Daun
Masyarakat
pedesaan memanfaatkan daun pisang sebagai bahan pembungkus
terutama daun pisang Batu. Daun pisang Batu yang masih muda
harganya mahal, digunakan untuk membungkus kue tradisional. Daun
yang tua setelah dicacah, biasa digunakan untuk pakan ternak seperti
kambing, kerbau atau sapi, karena banyak mengandung unsur yang
diperlukan oleh hewan. Bila daun pisang berlebihan dapat pula dimanfaatkan
menjadi kompos (Prabawati dkk, 2008).
3. Batang
Batang
pisang banyak dimanfaatkan masyarakat, terutama bagian yang mengandung
serat. Setelah dikelupas tiap lembar sering dimanfaatkan sebagai pembungkus
untuk bibit tanaman sayuran, dan setelah dikeringkan digunakan untuk tali pada
pengolahan tembakau, dan dapat pula digunakan untuk kompos (Prabawati dkk, 2008).
4. Bonggol
Bonggol
pisang adalah umbi batang pisang, di beberapa daerah, bonggol batang pisang
yang muda dapat dimanfaatkan untuk sayur, dan olahan keripik (Prabawati dkk, 2008).
5. Buah
Buah
pisang selain dimanfaatkan sebagai sumber vitamin dan mineral, sebagai buah
segar, juga dapat di manfaatkan menjadi produk olahan antara lain pisang sale,
tepung pisang, jam, sari buah, buah dalam sirop, keripik, dan berbagai jenis
olahan kue moderen dan tradisional antara lain: cake, nagasari, sarikaya,
kolak, pisang goreng, pisang bakar dan lain sebagainya. Selain sebagai sumber
vitamin dan mineral, buah pisang juga sangat berkhasiat untuk penyembuhan
penderita anemia, menurunkan tekanan
darah, memberikan tenaga untuk berpikir, kaya serat untuk membantu diet, membantu
perokok untuk menghilangkan pengaruh nikotin, mencegah stroke,
mengontrol temperatur badan terutama bagi ibu hamil, menetralkan asam lambung
dan masih banyak manfaat lainnya bagi kesehatan (Prabawati dkk, 2008).
2.7. Olahan Pisang
Pisang merupakan buah yang banyak tumbuh di Indonesia. Indonesia
juga merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai produsen pisang dunia.
Indonesia telah memproduksi sebanyak 6,20% dari total produksi dunia, 50%
produksi pisang Asia berasal dari indonesia. Sulawesi Selatan adalah pulau
diluar Jawa penghasil pisang terbesar yaitu 183.853 ton. Melimpahnya pisang di
Indonesia menjadikan buah ini memiliki nilai ekonomis rendah. Untuk
meningkatkan nilai ekonomis dari buah pisang dapat dibuat berbagai macam produk
olahan yang sekaligus menjadi salah satu cara untuk mempertahankan daya simpan
buah pisang.
Dengan memandang buah pisang sebagai sumber pangan, maka penanganan di sentra produksi pisang tidak
hanya sekedar ‘tebang dan jual’ tetapi berkembang menjadi sentra industri yang
mengolah buah pisang menjadi tepung pisang sebagai bahan baku industri.
1.
Tepung Pisang
Tepung pisang adalah
hasil penggilingan buah pisang kering (gaple pisang). Pembuatan tepung pisang
mudah dilakukan, dan biayanya tidak mahal. Pengolahan pisang menjadi tepung
pisang mempunyai beberapa keunggulan yaitu daya simpan lebih lama, mudah diolah
menjadi makanan, dapat diformulasikan menjadi beberapa bentuk olahan kue, dan
sifatnya mudah dicerna sehingga aman untuk konsumsi lansia dan anak-anak (bayi)
(Palupi, 2012).
Selama
ini pisang yang digunakan sebagai bahan baku tepung pisang adalah pisang yang
yang sudah tua namun belum matang, karena
dalam pembuatan tepung pisang kandungan pati yang tinggi akan menghasilkan
tepung yang banyak, pisang yang sudah matang penuh kandungan gulanya tinggi
tetapi kandungan patinya rendah. Dalam Ananymous (Dikutip dalam Palupi, 2012) pada dasarnya semua jenis pisang dapat diolah
menjadi tepung pisang. Tepung pisang yang terbuat dari pisang kepok sangat baik
hasilnya, warna tepungnya putih dan menarik. Sedangkan menurut Gardjito dalam
Palupi (2012) pisang yang paling baik untuk diolah menjadi tepung adalah pisang
tanduk (Musa paradisiacal fa
Corniculata).
Dalam proses pembuatan tepung pisang, pisang yang telah dikupas
direndam dalam larutan natrium metabisulfit (
) dan kalsium karbonat
.
Dalam Chang (Dikutip dalam Palupi, 2012) tujuan penggunaan sulfit pada makanan adalah
mengendalikan reaksi pencoklatan enzimatis dan nonenzimatis, menghambat
pertumbuhan mikroba dan pemutih.
Dan tujuan perendaman pada kalsium karbonat adalah untuk menguatkan jaringan buah dan merupakan sumber yang murah, penggunaan kalsium karbonat diharapkan dapat memperbaiki kualitas tepung pisang. Olsen (Dikutip dalam Palupi, 2012) menyatakan mempunyai peran kecil dalam makanan sebagai agen pemutih. Fungsi utama adalah menguatkan jaringan, memberi kondisi alkali, dan sumber mineral kalsium. Perendaman menggunakan kalsium karbonat diharapkan menghasilkan tepung yang berkualitas baik. Produk tepung pisang belum banyak dikenal secara luas di masyarakat. Pembuatan tepung pisang diharapkan sebagai penganekaragaman makanan sumber energi yang berasal dari buah-buahan.
Dan tujuan perendaman pada kalsium karbonat adalah untuk menguatkan jaringan buah dan merupakan sumber yang murah, penggunaan kalsium karbonat diharapkan dapat memperbaiki kualitas tepung pisang. Olsen (Dikutip dalam Palupi, 2012) menyatakan mempunyai peran kecil dalam makanan sebagai agen pemutih. Fungsi utama adalah menguatkan jaringan, memberi kondisi alkali, dan sumber mineral kalsium. Perendaman menggunakan kalsium karbonat diharapkan menghasilkan tepung yang berkualitas baik. Produk tepung pisang belum banyak dikenal secara luas di masyarakat. Pembuatan tepung pisang diharapkan sebagai penganekaragaman makanan sumber energi yang berasal dari buah-buahan.
2.
Penggunaan Substitusi
Tepung Pisang Terhadap Mutu Kue Kering
Jenis pisang
yang digunakan adalah pisang
kepok yang sudah tua tetapi belum masak. Semakin besar persentase tepung pisang
yang ditambahkan maka semakin rendah kadar air kue kering yang dihasilkan.
Secara mikroskopik bentuk granula pati pisang adalah oval, granula pati yang
berbentuk oval saat dilakukan proses penguapan air lebih mudah melepaskan air,
dibandingkan dengan bentuk granula ellips pada tepung terigu, sehingga semakin
banyak tepung pisang yang ditambahkan maka semakin rendah kadar air kue kering
substitusi tepung pisang. Selanjutnya kandungan pati yang tinggi pada tepung pisang berpengaruh terhadap penurunan
kadar air. Kemampuan daya ikat molekul air pada pati pisang lebih rendah dibandingkan
dengan daya ikat molekul air pada pati tepung terigu, sehingga akan terjadi
pengurangan kadar air lebih cepat dari tepung pisang pada saat pengeringan
dibandingkan dengan produk dari tepung terigu (Silfia, 2012).
Tepung pisang mempunyai rasa yang khas dan istimewa sehingga
dapat digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan aneka jenis
makanan. Citarasa makanan dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain bahan penyusunnya yaitu karbohidrat (21,0
g33,6,g) protein 1,4 dan lemak 0,2 g per 100 gram daging buah pisang.
Terbentuknya rasa manis yang khas pada tepung pisang berasal sebagian dari
karbohidrat yang berubah menjadi tiga gula yaitu sukrosa, fruktosa, dan glukosa
(Silfia, 2012).
Semakin
banyak tepung pisang yang ditambahkan maka tekstur kue kering semakin renyah,
renyahnya kue kering yang disubstitusi dengan tepung pisang disebabkan oleh
kandungan pati pada pisang yang terdiri dari amilosa yang mempunyai struktur
lurus dengan ikatan-(1,4)-D-glukosidik dan amilopektin yang mempunyai struktur
bercabang dengan ikatan-(1,6)-D-glukosidik, semakin tinggi kandungan amilosa
pada tepung pisang maka akan meningkatkan tingkat kerenyahan pada produk (Silfia, 2012).
Adanya kandungan pati yang terdegradasi saat proses pengeringan
adonan kue kering yang disubstitusi dengan tepung pisang terjadi perubahan yang
ekstensif dengan eliminasi molekul air dan fragmentasi molekul gula dimana
terjadi pemutusan ikatan karbon yang akan menghasilkan senyawa karbonil dan
senyawa volatil sehingga menimbulkan aroma yang khas dari kue kering dengan
substitusi tepung pisang (Silfia,
2012).
BAB III
KESIMPULAN
- Buah dibedakan menjadi buah klimaterik dan non klimaterik.
- Buah pisang merupakan jenis buah klimaterik yang memiliki varietas yang beragam.
- Buah pisang masih mengalami proses respirasi setelah pemanenan sehingga butuh penanganan yang tepat agar sifat fisik pisang masih bagus saat sampai di konsumen.
- Pada umumnya, pisang dibagi menjadi tiga golongan yaitu pisang yang bisa dimakan, pisang yang diambil pelepah batangnya sebagai serat, dan pisang yang digunakan untuk hiasan.
- Di Indonesia dikenal beberapa jenis pisang, diantaranya pisang Raja, pisang Sere, pisang raja Uli, pisang Raja Kul, pisang Raja Tahun, pisang Raja Bulu, pisang Kepok, pisang Ambon Lumut, pisang Ambon Putih, pisang Tanduk, pisang Kapas, pisang Emas, pisang Lampung, pisang Barangan, dan pisang Nangka.
- Pada umumnya pisang mengandung karbohidrat berupa zat tepung atau pati , gula, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C.
- Pisang merupakan salah satu buah klimakterik, yaitu buah yang akan tetap mengalami proses kematangan walaupun telah dipanen dan diikuti dengan proses kerusakan karena buah tetap melangsungkan proses respirasi dan metabolisme.
- Kematangan pada buah pisang dapat dilihat dari warna, rasa dan tekstur pada buah pisang.
- Kerusakan pada buah pisang dipengaruhi oleh laju respirasi pada buah
- Tanaman pisang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan hidup manusia. Seluruh bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, mulai dari bonggol, batang, daun, buah dan bunga
- Untuk meningkatkan nilai ekonomis dan untuk mempertahankan daya simpan buah pisang dapat dibuat berbagai macam produk olahan seperti tepung pisang dan lempok pisang
- Pengolahan pisang menjadi tepung pisang mempunyai beberapa keunggulan yaitu daya simpan lebih lama
- Substitusi tepung pisang pada pembuatan kue kering menghasilkan rasa dan aroma yang khas serta mempunyai tekstur yang renyah. Selain itu juga menghasilkan kadar air yang rendah sehingga dapat memperpanjang masa simpan.
- Pisang juga dapat diolah menjadi makanan tradisional yaitu lempok pisang. Nilai gizi lempok pisang akan semakin meningkat dengan penambahan madu sebagai alternatif pemanis yang memiliki nilai fungsional. Jenis pisang mempengaruhi kadar vitamin C yang terkandung dalam lempok yaitu pisang jenis kepok dapat melindungi komponen gizi madu dan pisang saat proses pengolahan.
DAFTAR PUSTAKA
Antarlina, H. Dj. Noor, S. Umar, I. Noor. 2005. “Karakteristik Buah Pisang Lahan Rawa Lebak Kalimantan Selatan serta Upaya Perbaikan Mutu Tepungnya”. Jurnal Hortikultura No 15 Vol (2): 140-150 Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Banjar baru Kalimantan Selatan.
Dewi, Ardhia Deasy Rosita Dan Wahono Hadi Susanto. 2013. “Pembuatan Lempok Pisang (Kajian Jenis Pisang
dan Konsentrasi Madu)”. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 1 No.1 p.101-114.
Fauziah, Eva, Esti Widowati, Windi Atmaka. 2014. “Kajian Karakteristik Sensoris dan Fisikokimia Fruit Leather Pisang Tanduk (Musa corniculata) dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi Karagenan”. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan No.4 Vol. (1) Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Ikhsan, Artamy Maulia, Tamrin, M.Zen Kadir. 2014.
“Pengaruh Media Simpan Pasir dan Biji Plastik dengan Pemberian Air Pendingin
terhadap Perubahan Mutu pada Buah Pisang Kepok (Musa Normalis L.)”.
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol 3 No 2 p. 173-182.
Murtadha,
Ali, Elissa Julianti, Ismed Suhaidi. 2012. “Pengaruh Jenis Pemacu Pematangan
terhadap Mutu Buah Pisang Barangan (Musa Paradisiaca L.)
”. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian Vol 1 No. 1 p. 47-56.
Nurjanah, Sarifah. 2002. ”KAJIAN LAJU RESPIRASI
DAN PRODUKSI ETILEN SEBAGAI DASAR PENENTUAN WAKTU SIMPAN SAYURAN DAN BUAH
BUAHAN”. Jurnal Bionatura, Vol. 4, No. 3, November 2002: 148 – 156.
Palupi, Hapsari Titi. 2012. “Pengaruh Jenis Pisang Dan Bahan Perendam
Terhadap Karakteristik Tepung Pisang (Musa
Spp) (Effect For Varieties Of Matured Banana And Soaking Agent To
Characterization Of Banana Flour). Jurnal
Teknologi Pangan Vol.4 No.1.
Putri, Annisa R., Supratomo,
I.S. Tulliza. 2014. “Pengaruh Kadar Air terhadap Tekstur dan Warna Keripik
Pisang Kepok (Musa Paradisiaca furmatypica)”. Jurnal Hasil Penelitian
Universitas Hasanuddin.
Prabawati Sulusi
,Suyanti dan Dondy A Setyabudi. 2008. ”Teknologi Pascapanen
dan Teknik Pengolahan BUAH PISANG”. Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Radityo,
Dimas Rizki, Muhammad Riyan Fadillah, Quincy Igwahyudi, Satrio Dewanto. 2012.
“Alat Penyortir dan Pengecekan Kematangan Buah Menggunakan Sensor Warna”.
Jurnal Teknik Komputer Vol 20 No. 2 p.88-92.
Roiyana Munirotun,
Munifatul Izzati, dan Erma Prihastanti. 2012.” POTENSI DAN
EFISIENSI SENYAWA HIDROKOLOID NABATI SEBAGAI BAHAN PENUNDA PEMATANGAN BUAH”.
Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XX, Nomor 2, Oktober 2012.
Santoso, Hieronymus Budi. 2005. “TepungPisang.” Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Sholihati, Rokhani
Abdullah, Suroso. 2015. ”Kajian Penundaan
Kematangan Pisang Raja (Musa paradisiaca Var. Sapientum L.)
Melalui Penggunaan Media Penyerap Etilen Kalium Permanganat. Jurnal Rona Teknik
Pertanian Vol 8 No 2 Tahun 2015.
Silfia. 2012. “Pengaruh Substitusi
Tepung Pisang Terhadap Mutu Kue Kering”. Jurnal Litbang Industri, Vol.2 No. 1 Juni 2012: 43-49.
Suyanti, Ahmad Supriadi. 2008. “Pisang, Budidaya Pengolahan dan Prospek Pasar. Depok: Penebar Swadaya.
Utami, Sri, Joko Widiyanto, Kristianita. 2007. ”PENGARUH CARA DAN
LAMA PEMERAMAN TERHADAP KANDUNGAN VITAMIN C PADA BUAH PISANG RAJA (Musa
paradisiaca L).” Jurnal Edukasi Matematika dan Sains, Vol. 1
No.2.
Yassin, Tito, Rofandi Hartanto, Agus Haryanto,
Tamrin. 2013. “Pengaruh Komposisi Gas terhadap Laju Respirasi Pisang Janten
pada Penyimpanan Atmosfer Termodifikasi”. Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol 2
No.3 p.147-160.
The Best Slots | Casino Roll
BalasHapusThe septcasino best slots at Casino Roll. If you love table games, to play blackjack, you have to bet twice worrione.com for the bsjeon.net dealer ventureberg.com/ to win. The dealer must 바카라 사이트